Rabu, 11 Mei 2016

Berkah Dari Nasi Uduk
Oleh Ahmad Dzawil Faza

Kesunyian malam masih terlihat, udara dingin terasa menusuk tulang, adzan Subuh pun baru selesai berkumandang. Indri bersiap – siap menuju kamar mandi untuk mengambil air wudlu, melaksanakan sholat Subuh, dan diakhiri dengan do’a serta membaca Al – Qur’an. Dalam do’a yang lirih ia memanjatkan do’a kepada Rabb – Nya, “Ya Allah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana, pada waktu yang mulia ini, pada waktu ketika seluruh makhluk terus bertasbih kepada – Mu, hamba memohon ampunilah segala dosa – dosa hamba dan dosa – dosa kedua orang tua hamba baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja, sanyangilah mereka sebagaimana mereka telah menyanyangi hamba di waktu kecil. Berikanlah kesehatan kepada seluruh keluarga hamba, khususnya kedua orang tua hamba, berikan juga kemudahan kepada mereka dalam mencari nafkah untuk hamba dan adik hamba. Berkahkanlah hidup kami dunia dan akhirat. Amiin yaa Rabbal ‘alamin.”
Demikian sepenggal do’a dari seorang anak yang memang dari segi materi berasal dari keluarga sederhana. Ia dan keluarganya tinggal di pinggiran kota Jakarta Barat dekat dengan sungai Kalideres. Saat ini Indri duduk di kelas 5 SD. Bapaknya bernama Pak Sabar dan bekerja sebagai pedagang sandal keliling yang hasilnya jauh dari kata cukup. Setiap hari Pak Sabar berangkat setelah Subuh dan pulang saat maghrib hanya ditemani dengan sepeda motor tua. Sedangkan ibunya bernama Bu Ema dan setiap harinya berjualan nasi uduk di depan gang rumah. Memang nasi uduk Bu Ema sudah terkenal enak di daerah tersebut.
Setelah beribadah di waktu subuh, maka Indri melakukan aktivitas rutin yaitu membantu ibunya mempersiapkan nasi uduk dan lauknya untuk dijual pagi ini. Ibunya sendiri sudah dari jam setengah tiga bangun untuk membuat nasi uduknya sendiri. Indri anak kedua dari tiga bersaudara. Memang saat ini Indri hanya tinggal bersama ibu, Bapak, dan adiknya, sedangkan kakaknya  sudah menikah dan memilih tinggal di daerah Bogor Jawa Barat.
Terdengar suara merdu murattal Al – Qur’an melantun dari sebuah pengeras suara masjid, dengan diiringi datangnya sinar sang surya yang telah siap menyapa insan yang akan beraktivitas pada hari ini. Setelah semuanya siap Indri dan ibunya segera membawa peralatan dan wadah berisikan nasi uduk ke depan gang tempat mereka berjualan nasi uduk.  “Nak, mari kita membaca bismillah semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kelapangan rezeki kepada kita hari ini.” Pesan Bu Ema kepada Indri. “Amin Bu, insyaAllah Bu, mari Bu insyaAllah Indri akan terus semangat membantu Ibu.” Ucap Indri sambil tersenyum.
Pagi ini jalan nampak ramai dengan segala aktivitas manusia. Kendaraan roda dua dan empat yang bercampur dengan pejalan kaki sudah memadati daerah Semanan Kalideres. Dan tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 10.00 WIB, mereka merapikan tempat dan peralatan nasi uduk, dan kemudian langsung menuju ke rumah.
Saat mereka tiba di rumah, sepeda motor milik Pak Sabar tampak sudah ada di depan rumah. Indri agak sedikit heran karena biasanya Bapaknya pulang sore atau setelah maghrib. “ Bapak sudah pulang ?” tanya Indri sambil menurunkan barang dari punggungnya. “ Bapak hari ini pulang cepat karena tadi Bapak dapat telepon dari Pak Hadi bahwa Bapak harus melunasi pinjaman malam ini juga. Waktu itu Bapak pinjam uang ke Pak Hadi untuk memperbaiki motor dan dipakai untuk modal usaha” Jelas Pak Sabar sambil minum air putih. Indri dan Ibunya nampak kaget dan bingung. “ Kalau boleh tahu berapa hutang Bapak ?” tanya Ibu. “ lima juta rupiah Bu”. Jawab Bapak. Kemudian suasana rumah kembali sunyi.
Bu Ema langsung berdiri dan masuk ke kamar tidur lalu keluar sambil membawa plastik hitam. “ Bapak, ini ibu ada sedikit tabungan dua juta rupiah dari hasil jualan nasi uduk, Bapak ambil aja ya?” jelas Bu Ema sambil membuka plastik hitam. Dengan mata berkaca – kaca Pak Sabar memegang tangan Bu Ema lalu berkata,  “ Itu buat Ibu saja ya, disimpan untuk tabungan kita nanti, nanti Bapak coba usahakan pinjam yang lain Bu.” Papar Pak Sabar dengan suara pelan. “ Ibu insyaAllah masih ada simpanan sedikit pak, ini buat Bapak aja ya.” Kata Bu Ema kepada Pak Subur.
“ Indri juga ada sedikit Pak, besok lusa dana bantuan sekolah semester pertama insyaAllah turun yang jumlahnya sekitar empat juta rupiah.” Jelas Indri kepada Bapaknya. “Alhamdulillah ya Allah atas rahmat dan pertolongan – Mu”. Ucap Pak Sabar dengan suara pelan sambil memeluk Bu Ema dan Indri. Indri sangat senang melihat wajah Bapaknya kembali tersenyum. Ia tidak mau melihat Bapak dan Ibunya dalam keadaan susah. Ia teringat bagaimana kedua orangtuanya membanting tulang untuk menafkahi keluarganya. Maka ia juga akan dengan senang hati membantu kedua orangtuanya. Ia ingin menjadi anak yang sholehah dan dapat berbakti kepada kedua orangtuanya.
Matahari siang pun sudah mulai bergeser dengan sedikit ditutupi awan putih yang indah. Setelah tadi melaksanakan sholat dzuhur dan makan siang, Indri pun bersiap  - siap berangkat sekolah. Dikarenakan jumlah siswa di SD tersebut banyak dan tidak menampung seluruh peserta didik, maka waktu sekolah dibagi menjadi dua shift pagi dan sore. Indri pun berangkat ke sekolah dan melakukan Ujian Akhir Semester (UAS) II. Hari ini adalah ujiaan terakhir dan besok lusa akan ada acara sosial yaitu santunan anak yatim dan tabligh akbar di sekolah.
Setelah seluruh siswa khusyuk untuk menjawab soal – soal ujian, bel pulang pun berbunyi dan Indri pun langsung pulang ke rumah walaupun ada teman – temannya yang mengajak bermain. Ia ingin segera pulang karena mau membantu Ibunya belanja kebutuhan jualan nasi uduk esok hari.
Jalan gang nampak sepi hanya terlihat beberapa anak bermain sepeda. “Assalamu’alaikum Bu, Indri sudah pulang.” Sapa Indri kepada Ibunya. Namun tidak ada jawaban dari Bu Ema. Lalu Indri mencari Ibunya di dapur tapi Bu Ema tidak ada. Indri coba melihat di samping rumah, pun juga tidak ada. Akhirnya Indri melihat Ibunya sedang terbaring di dalam kamar tidur. “Assalamu’alaikum Bu, Indri sudah pulang.” Sapa Indri kepada Ibunya kembali. “Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, Iya Indri masuk aja. Ibu merasa tidak enak badan Indri, badan Ibu terasa dingin dan kepala pusing.” Kata Bu Ema kepadanya.
Sore itu Bu Ema merasa badannya tidak enak, kepala pusing, dan panas dingin. Memang Bu Ema mengerjakan pekerjaan rumah sendiri hanya dibantu Indri. Tapi juga karena faktor usia, Bu Ema sering sakit. “ Ibu minum obat warung ya ?”  tanya Indri. “ Iya Indri boleh.” Jawab Bu Ema. Setelah minum obat Bu Ema tidur sambil kepalanya dikompres dengan handuk kecil. Indri pun memijat kaki ibunya dengan berdo’a di dalam hati, “ Ya Allah ya Rabb, Engkaulah yang Maha Kaya dan Maha Kuasa , Ibu hamba telah bekerja keras untuk membantu Bapak dalam mencukupi kebutuhan keluarga hamba. Sekarang Ibu hamba engkau uji dengan sakit, maka jika ini menjadi sebab bergugurnya dosa – dosa beliau, berikanlah kesabaran dan ketabahan kepada beliau. Angkatlah penyakitnya, sehatkanlah badannya, agar dapat kembali beribadah kepada – Mu. Amiin yaa Rabbal ‘alamin.”
Malam begitu hening, hanya terdengar suara jangkrik dan beberapa suara binatang malam yang ingin membuat simfoni nyanyian malam. Malam ini Indri tidur hanya sebentar, sekitar 30 menit menjelang adzan Subuh Indri mengambil wudlu untuk melakukan qiyamul lail. Hal ini sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya dari Indri masih duduk di kelas 4 SD. Kemudian Indri meneruskan dengan sholat Subuh.
Hari ini sebenarnya Indri mau menemani Ibunya yang masih sakit, tapi di sekolah ada kegiatan sosial sehingga ia bingung untuk memilih. “ Indri hari ini disekolah ada acara ?” tanya Bu Ema. “ Iya Bu ada acara kegiatan sosial dan tabligh akbar. Indri mau disini aja ya Bu ?” kata Indri sambil duduk dipinggir kasur ibunya. “ Indri datang aja ya ke sekolah, insyaAllah Ibu tidak apa – apa.” Kata Bu Ema sambil meminum teh hangat. “ Ibu nanti biar sama adikmu Dewi.” Lanjut Bu Ema. “ Baik Bu kalau begitu Indri datang ke acara sekolah dan langsung pulang kalau acaranya sudah selesai.” Kata Indri sambil mencium pipi ibunya. 
Sekolah SDN 03 Kalideres nampak ramai, para siswa dan guru sedang menata kursi untuk para tamu. Jalan depan sekolahan sudah penuh dengan para pedagang. Kegiatan santunan anak yatim dan tabligh akbar ini dihadiri oleh beberapa pejabat pemerintah dan kyai, tokoh masyarakat, dan majlis taklim serta anak – anak yatim.
Acara sudah dimulai Indri dan beberapa temannya duduk di kursi belakang. Setelah pembacaan Al – Qur’an dilanjutkan dengan beberapa sambutan. Dilanjutkan penyerahan secara simbolis bingkisan kepada anak yatim, dan diteruskan dengan tabligh Akbar. Sebalum acara ditutup Pak Burhan selaku kepala sekolah meminta waktu kepada MC untuk menyampaikan sesuatu. “ Assalamu’alaikum Wr.Wb. mohon maaf mengganggu waktu para hadirin dan hadirat. Saya disini mewakili para guru dan staf SDN 03 Kalideres ingin menyampaikan bahwa ada salah satu murid kita yang telah menjadi inspirasi bagi kita semua karena ia memiliki semangat dan kemauan belajar yang tinggi, serta ia memiliki prestasi dalam belajar. Walaupun ia berasal dari keluarga yang sederhana, rasa baktinya kepada kedua orang tua menjadi spirit dan motivasi bagi kita semua.” Jelas Pak Burhan dengan begitu semangat.
“ Saya undang dengan rasa cinta, kepada ananda Indri kelas V mohon agar dapat maju dan naik ke atas panggung.” Sambung Pak Burhan. Suara tepuk tangan dari tamu undangan begitu meriah, Indri heran, kaget, dan tidak percaya. Wajahnya heran bercampur dengan kebingungan. “ Sekali lagi kepada ananda Indri mohon agar dapat naik ke atas panggung. Indri pun naik ke atas panggung dan ia melihat wajah para tamu undangan dengan sebuah senyuman manis disertai dengan air mata yang menetes membasahi pipinya.
“ Inilah anak, teman, dan sahabat kita semua yang kita dapat mengambil ibroh darinya. Setiap pagi ia membantu ibunya berjualan nasi uduk. Walaupun ia juga membantu ibunya berjualan, tapi semangat belajar dan prestasinya dapat kita jadikan contoh. Bahwa Allah SWT selalu melihat apa yang orang – orang mukmin kerjakan.” Jelas Pak Burhan kepada para hadirin.
“ Kepada Bapak Camat mohon kesediaannya untuk dapat menyerahkan piagam dan souvenir kepada ananda Indri.” Sambung Pak Burhan. Pihak sekolah ternyata selama hampir 2 tahun melakukan pengamatan kepada seluruh siswa – siswinya yang inspiratif dan berprestasi. Hal ini dilakukan oleh pihak sekolah dengan analisis dan kajian yang mendalam dengan berdasarkan data – data yang dapat dipertanggungjawabkan.  Pada kesempatan ini Indri mendapat penghargaan ini dan ia bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan kepadanya dan keluarganya selama ini. “ Alhamdulillah, ini hamba tunjukkan untuk kedua orangtua dan keluarga hamba ya Rabb.” Ucap Indri dalam hatinya.
Setelah Indri menerima piagam dan souvenir, ia kemudian turun dari panggung, setelah itu ia meminta izin kepada gurunya untuk pulang lebih awal karena ia tidak tega meninggalkan ibunya yang sedang sakit.
Sesampainya di rumah ia langsung menuju ke kamar ibunya. Ia melihat adiknya masih ada di kamar ibunya. “Dek, bagaimana kondisi ibu?” tanya Indri. “ Alhamdulillah Ibu mendingan kak.” Jelas Dewi. “ Alhamdulillah.” Ucap Indri penuh syukur.
“Assalamu’alaikum, Bapak sudah pulang.” Ucap Pak Sabar dari depan pintu rumah. “Bapak sudah pulang?” tanya Bu Ema. “Iya Bu Bapak sudah pulang.” Jawab Dewi.
Pak Sabar pun langsung menaruh barang dagangannya di ruang tengah dan langsung menuju ke kamar. Indri, Dewi, dan Bu Ema bergantian mencium tangan Pak Sabar. “Bagaimana Pak hari ini dagangannya?” tanya Bu Ema. “ Alhamdulillah banyak yang laku Bu, ini tinggal sedikit.” Jawab Pak Burhan. “ Alhamdulillah ya Rabb.” Sambung Indri dan Dewi.
Indri menuju ke meja makan untuk mengambil segelas air putih hangat untuk bapaknya. “ Bapak, Ibu alhmdulillah tadi di sekolah acara santunan anak yatim dan tabligh akbar berjalan lancar, yang datang juga banyak.” Jelas Indri. “ Terus di akhir acara Pak Burhan selaku kepala sekolah menyampaikan bahwa Indri mendapat penghargaan sebagai anak yang inspiratif dan berprestasi. Ini piagam dan souvenir dari sekolahan Pak.” Sambung Indri sambil menyerahkan piagam dan souvenir ke Pak Burhan dan Bu Ema.  
            Air mata Bu Ema membasahi wajahnya, nampak rasa haru dan bangga menyelimuti perasaannya. Begitu juga terlihat di wajah Pak Sabar. Pak Sabar memeluk dan mengusap kepala Indri sambil berkata, “ Nak, alhmadulillahirobbil’alamin, semoga Allah selalu memberkahi dan menjagamu serta melindungi keluarga kita semua. Ini adalah nikmat dari Allah yang patut kita syukuri.” Selanjutnya, Indri membuka dan melihat isi souvenir tersebut. Ia melihat ada beberapa buku dan alat tulis serta ada amplop putih. Lalu ia mengambil amplop tersebut dan membukanya. “ MasyaAllah, alhamdulillah.” Kata Indri. “ Bapak Ibu ini ada uang di amplop yang ditaruh di dalam souvenir.” Sambut Indri dengan wajah berseri.
            Indri pun menghitung uang tersebut. “ Alhamdulillah jumlahnya satu juta rupiah.” Kata Indri. Di dalam amplop tersebut terselip tulisan “ Selamat untuk ananda Indri, ini ada sedikit uang sebagai hadiah atas prestasi yang ananda raih dan tunjukkan selama ini. “Semoga ananda Indri dapat menerima dan dapat dipergunakan untuk membantu biaya sekolah dan kebutuhan keluarga. Tetap semangat dan terus semangat. Salam sayang dari guru – guru di SDN 03 Kalideres.” Begitu sepenggal tulisan dari guru – guru Indri di sekolahan.
“ Nak, uang ini kamu tabung ya untuk biaya kebutuhan sekolah kamu dan Dewi.” Jelas Pak Sabar. “ Iya Indri, sebaiknya uang ini kamu tabung ya untuk masa depan kamu dan adikmu” Sambung Bu Ema. “ Baik Pak, Bu.” Jawab Indri sambil kembali memeluk kedua orangtua dan adiknya. “ Ini akan Indri simpan sebagai tabungan, namun Indri akan ambil sedikit untuk kebutuhan kita sehari – hari dan untuk biaya berobat Ibu.” Tambah Indri dengan wajah berseri - seri.
Sore itu begitu indah dengan dihiasi keberkahan dari Allah SWT. Allah SWT telah memberikan limpahan nikmat kepada hamba – Nya yang beriman dan bertaqwa.
           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar