Berkah
Dari Nasi Uduk
Oleh Ahmad Dzawil Faza
Kesunyian
malam masih terlihat, udara dingin terasa menusuk tulang, adzan Subuh pun baru
selesai berkumandang. Indri bersiap – siap menuju kamar mandi untuk mengambil
air wudlu, melaksanakan sholat Subuh, dan diakhiri dengan do’a serta membaca Al
– Qur’an. Dalam do’a yang lirih ia memanjatkan do’a kepada Rabb – Nya, “Ya
Allah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana, pada waktu yang mulia ini, pada
waktu ketika seluruh makhluk terus bertasbih kepada – Mu, hamba memohon
ampunilah segala dosa – dosa hamba dan dosa – dosa kedua orang tua hamba baik
yang sengaja maupun yang tidak sengaja, sanyangilah mereka sebagaimana mereka
telah menyanyangi hamba di waktu kecil. Berikanlah kesehatan kepada
seluruh keluarga hamba, khususnya kedua orang tua hamba, berikan juga kemudahan
kepada mereka dalam mencari nafkah untuk hamba dan adik hamba. Berkahkanlah
hidup kami dunia dan akhirat. Amiin yaa Rabbal ‘alamin.”
Demikian
sepenggal do’a dari seorang anak yang memang dari segi materi berasal dari
keluarga sederhana. Ia dan keluarganya tinggal di pinggiran kota Jakarta Barat
dekat dengan sungai Kalideres. Saat ini Indri duduk di kelas 5 SD. Bapaknya bernama
Pak Sabar dan bekerja sebagai pedagang sandal keliling yang hasilnya jauh dari
kata cukup. Setiap hari Pak Sabar berangkat setelah Subuh dan pulang saat maghrib
hanya ditemani dengan sepeda motor tua. Sedangkan ibunya bernama Bu Ema dan
setiap harinya berjualan nasi uduk di depan gang rumah. Memang nasi uduk Bu Ema
sudah terkenal enak di daerah tersebut.
Setelah
beribadah di waktu subuh, maka Indri melakukan aktivitas rutin yaitu membantu
ibunya mempersiapkan nasi uduk dan lauknya untuk dijual pagi ini. Ibunya
sendiri sudah dari jam setengah tiga bangun untuk membuat nasi uduknya sendiri.
Indri anak kedua dari tiga bersaudara. Memang saat ini Indri hanya tinggal
bersama ibu, Bapak, dan adiknya, sedangkan kakaknya sudah menikah dan memilih tinggal di daerah
Bogor Jawa Barat.
Terdengar
suara merdu murattal Al – Qur’an melantun dari sebuah pengeras suara masjid,
dengan diiringi datangnya sinar sang surya yang telah siap menyapa insan yang
akan beraktivitas pada hari ini. Setelah semuanya siap Indri dan ibunya segera
membawa peralatan dan wadah berisikan nasi uduk ke depan gang tempat mereka
berjualan nasi uduk. “Nak, mari kita
membaca bismillah semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kelapangan rezeki
kepada kita hari ini.” Pesan Bu Ema kepada Indri. “Amin Bu, insyaAllah Bu, mari
Bu insyaAllah Indri akan terus semangat membantu Ibu.” Ucap Indri sambil
tersenyum.
Pagi
ini jalan nampak ramai dengan segala aktivitas manusia. Kendaraan roda dua dan
empat yang bercampur dengan pejalan kaki sudah memadati daerah Semanan
Kalideres. Dan tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 10.00 WIB, mereka
merapikan tempat dan peralatan nasi uduk, dan kemudian langsung menuju ke
rumah.
Saat
mereka tiba di rumah, sepeda motor milik Pak Sabar tampak sudah ada di depan
rumah. Indri agak sedikit heran karena biasanya Bapaknya pulang sore atau
setelah maghrib. “ Bapak sudah pulang ?” tanya Indri sambil menurunkan barang
dari punggungnya. “ Bapak hari ini pulang cepat karena tadi Bapak dapat telepon
dari Pak Hadi bahwa Bapak harus melunasi pinjaman malam ini juga. Waktu itu Bapak
pinjam uang ke Pak Hadi untuk memperbaiki motor dan dipakai untuk modal usaha”
Jelas Pak Sabar sambil minum air putih. Indri dan Ibunya nampak kaget dan
bingung. “ Kalau boleh tahu berapa hutang Bapak ?” tanya Ibu. “ lima juta
rupiah Bu”. Jawab Bapak. Kemudian suasana rumah kembali sunyi.
Bu
Ema langsung berdiri dan masuk ke kamar tidur lalu keluar sambil membawa
plastik hitam. “ Bapak, ini ibu ada sedikit tabungan dua juta rupiah dari hasil
jualan nasi uduk, Bapak ambil aja ya?” jelas Bu Ema sambil membuka plastik
hitam. Dengan mata berkaca – kaca Pak Sabar memegang tangan Bu Ema lalu berkata, “ Itu buat Ibu saja ya, disimpan untuk
tabungan kita nanti, nanti Bapak coba usahakan pinjam yang lain Bu.” Papar Pak
Sabar dengan suara pelan. “ Ibu insyaAllah masih ada simpanan sedikit pak, ini
buat Bapak aja ya.” Kata Bu Ema kepada Pak Subur.
“
Indri juga ada sedikit Pak, besok lusa dana bantuan sekolah semester pertama insyaAllah
turun yang jumlahnya sekitar empat juta rupiah.” Jelas Indri kepada Bapaknya. “Alhamdulillah
ya Allah atas rahmat dan pertolongan – Mu”. Ucap Pak Sabar dengan suara pelan
sambil memeluk Bu Ema dan Indri. Indri sangat senang melihat wajah Bapaknya
kembali tersenyum. Ia tidak mau melihat Bapak dan Ibunya dalam keadaan susah.
Ia teringat bagaimana kedua orangtuanya membanting tulang untuk menafkahi
keluarganya. Maka ia juga akan dengan senang hati membantu kedua orangtuanya. Ia
ingin menjadi anak yang sholehah dan dapat berbakti kepada kedua orangtuanya.
Matahari
siang pun sudah mulai bergeser dengan sedikit ditutupi awan putih yang indah.
Setelah tadi melaksanakan sholat dzuhur dan makan siang, Indri pun bersiap - siap berangkat sekolah. Dikarenakan jumlah
siswa di SD tersebut banyak dan tidak menampung seluruh peserta didik, maka
waktu sekolah dibagi menjadi dua shift pagi dan sore. Indri pun berangkat ke
sekolah dan melakukan Ujian Akhir Semester (UAS) II. Hari ini adalah ujiaan
terakhir dan besok lusa akan ada acara sosial yaitu santunan anak yatim dan
tabligh akbar di sekolah.
Setelah
seluruh siswa khusyuk untuk menjawab soal – soal ujian, bel pulang pun berbunyi
dan Indri pun langsung pulang ke rumah walaupun ada teman – temannya yang
mengajak bermain. Ia ingin segera pulang karena mau membantu Ibunya belanja
kebutuhan jualan nasi uduk esok hari.
Jalan
gang nampak sepi hanya terlihat beberapa anak bermain sepeda. “Assalamu’alaikum
Bu, Indri sudah pulang.” Sapa Indri kepada Ibunya. Namun tidak ada jawaban dari
Bu Ema. Lalu Indri mencari Ibunya di dapur tapi Bu Ema tidak ada. Indri coba
melihat di samping rumah, pun juga tidak ada. Akhirnya Indri melihat Ibunya
sedang terbaring di dalam kamar tidur. “Assalamu’alaikum Bu, Indri sudah
pulang.” Sapa Indri kepada Ibunya kembali. “Wa’alaikumsalam Warahmatullahi
Wabarakatuh, Iya Indri masuk aja. Ibu merasa tidak enak badan Indri, badan Ibu
terasa dingin dan kepala pusing.” Kata Bu Ema kepadanya.
Sore
itu Bu Ema merasa badannya tidak enak, kepala pusing, dan panas dingin. Memang
Bu Ema mengerjakan pekerjaan rumah sendiri hanya dibantu Indri. Tapi juga
karena faktor usia, Bu Ema sering sakit. “ Ibu minum obat warung ya ?” tanya Indri. “ Iya Indri boleh.” Jawab Bu
Ema. Setelah minum obat Bu Ema tidur sambil kepalanya dikompres dengan handuk
kecil. Indri pun memijat kaki ibunya dengan berdo’a di dalam hati, “ Ya
Allah ya Rabb, Engkaulah yang Maha Kaya dan Maha Kuasa , Ibu hamba telah
bekerja keras untuk membantu Bapak dalam mencukupi kebutuhan keluarga hamba.
Sekarang Ibu hamba engkau uji dengan sakit, maka jika ini menjadi sebab
bergugurnya dosa – dosa beliau, berikanlah kesabaran dan ketabahan kepada beliau.
Angkatlah penyakitnya, sehatkanlah badannya, agar dapat kembali beribadah
kepada – Mu. Amiin yaa Rabbal ‘alamin.”
Malam
begitu hening, hanya terdengar suara jangkrik dan beberapa suara binatang malam
yang ingin membuat simfoni nyanyian malam. Malam ini Indri tidur hanya
sebentar, sekitar 30 menit menjelang adzan Subuh Indri mengambil wudlu untuk
melakukan qiyamul lail. Hal ini sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya dari
Indri masih duduk di kelas 4 SD. Kemudian Indri meneruskan dengan sholat Subuh.
Hari
ini sebenarnya Indri mau menemani Ibunya yang masih sakit, tapi di sekolah ada kegiatan
sosial sehingga ia bingung untuk memilih. “ Indri hari ini disekolah ada acara
?” tanya Bu Ema. “ Iya Bu ada acara kegiatan sosial dan tabligh akbar. Indri
mau disini aja ya Bu ?” kata Indri sambil duduk dipinggir kasur ibunya. “ Indri
datang aja ya ke sekolah, insyaAllah Ibu tidak apa – apa.” Kata Bu Ema sambil
meminum teh hangat. “ Ibu nanti biar sama adikmu Dewi.” Lanjut Bu Ema. “ Baik
Bu kalau begitu Indri datang ke acara sekolah dan langsung pulang kalau
acaranya sudah selesai.” Kata Indri sambil mencium pipi ibunya.
Sekolah
SDN 03 Kalideres nampak ramai, para siswa dan guru sedang menata kursi untuk
para tamu. Jalan depan sekolahan sudah penuh dengan para pedagang. Kegiatan
santunan anak yatim dan tabligh akbar ini dihadiri oleh beberapa pejabat
pemerintah dan kyai, tokoh masyarakat, dan majlis taklim serta anak – anak
yatim.
Acara
sudah dimulai Indri dan beberapa temannya duduk di kursi belakang. Setelah pembacaan
Al – Qur’an dilanjutkan dengan beberapa sambutan. Dilanjutkan penyerahan secara
simbolis bingkisan kepada anak yatim, dan diteruskan dengan tabligh Akbar. Sebalum
acara ditutup Pak Burhan selaku kepala sekolah meminta waktu kepada MC untuk
menyampaikan sesuatu. “ Assalamu’alaikum Wr.Wb. mohon maaf mengganggu waktu
para hadirin dan hadirat. Saya disini mewakili para guru dan staf SDN 03
Kalideres ingin menyampaikan bahwa ada salah satu murid kita yang telah menjadi
inspirasi bagi kita semua karena ia memiliki semangat dan kemauan belajar yang
tinggi, serta ia memiliki prestasi dalam belajar. Walaupun ia berasal dari
keluarga yang sederhana, rasa baktinya kepada kedua orang tua menjadi spirit
dan motivasi bagi kita semua.” Jelas Pak Burhan dengan begitu semangat.
“
Saya undang dengan rasa cinta, kepada ananda Indri kelas V mohon agar dapat maju
dan naik ke atas panggung.” Sambung Pak Burhan. Suara tepuk tangan dari tamu
undangan begitu meriah, Indri heran, kaget, dan tidak percaya. Wajahnya heran
bercampur dengan kebingungan. “ Sekali lagi kepada ananda Indri mohon agar
dapat naik ke atas panggung. Indri pun naik ke atas panggung dan ia melihat
wajah para tamu undangan dengan sebuah senyuman manis disertai dengan air mata
yang menetes membasahi pipinya.
“
Inilah anak, teman, dan sahabat kita semua yang kita dapat mengambil ibroh
darinya. Setiap pagi ia membantu ibunya berjualan nasi uduk. Walaupun ia juga
membantu ibunya berjualan, tapi semangat belajar dan prestasinya dapat kita
jadikan contoh. Bahwa Allah SWT selalu melihat apa yang orang – orang mukmin
kerjakan.” Jelas Pak Burhan kepada para hadirin.
“
Kepada Bapak Camat mohon kesediaannya untuk dapat menyerahkan piagam dan
souvenir kepada ananda Indri.” Sambung Pak Burhan. Pihak sekolah ternyata selama
hampir 2 tahun melakukan pengamatan kepada seluruh siswa – siswinya yang
inspiratif dan berprestasi. Hal ini dilakukan oleh pihak sekolah dengan
analisis dan kajian yang mendalam dengan berdasarkan data – data yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pada kesempatan
ini Indri mendapat penghargaan ini dan ia bersyukur kepada Allah SWT atas
nikmat yang telah diberikan kepadanya dan keluarganya selama ini. “
Alhamdulillah, ini hamba tunjukkan untuk kedua orangtua dan keluarga hamba ya
Rabb.” Ucap Indri dalam hatinya.
Setelah
Indri menerima piagam dan souvenir, ia kemudian turun dari panggung, setelah
itu ia meminta izin kepada gurunya untuk pulang lebih awal karena ia tidak tega
meninggalkan ibunya yang sedang sakit.
Sesampainya
di rumah ia langsung menuju ke kamar ibunya. Ia melihat adiknya masih ada di
kamar ibunya. “Dek, bagaimana kondisi ibu?” tanya Indri. “ Alhamdulillah Ibu
mendingan kak.” Jelas Dewi. “ Alhamdulillah.” Ucap Indri penuh syukur.
“Assalamu’alaikum,
Bapak sudah pulang.” Ucap Pak Sabar dari depan pintu rumah. “Bapak sudah
pulang?” tanya Bu Ema. “Iya Bu Bapak sudah pulang.” Jawab Dewi.
Pak
Sabar pun langsung menaruh barang dagangannya di ruang tengah dan langsung
menuju ke kamar. Indri, Dewi, dan Bu Ema bergantian mencium tangan Pak Sabar. “Bagaimana
Pak hari ini dagangannya?” tanya Bu Ema. “ Alhamdulillah banyak yang laku Bu,
ini tinggal sedikit.” Jawab Pak Burhan. “ Alhamdulillah ya Rabb.” Sambung Indri
dan Dewi.
Indri
menuju ke meja makan untuk mengambil segelas air putih hangat untuk bapaknya. “
Bapak, Ibu alhmdulillah tadi di sekolah acara santunan anak yatim dan tabligh
akbar berjalan lancar, yang datang juga banyak.” Jelas Indri. “ Terus di akhir
acara Pak Burhan selaku kepala sekolah menyampaikan bahwa Indri mendapat
penghargaan sebagai anak yang inspiratif dan berprestasi. Ini piagam dan
souvenir dari sekolahan Pak.” Sambung Indri sambil menyerahkan piagam dan
souvenir ke Pak Burhan dan Bu Ema.
Air mata Bu Ema membasahi wajahnya,
nampak rasa haru dan bangga menyelimuti perasaannya. Begitu juga terlihat di
wajah Pak Sabar. Pak Sabar memeluk dan mengusap kepala Indri sambil berkata, “
Nak, alhmadulillahirobbil’alamin, semoga Allah selalu memberkahi dan menjagamu
serta melindungi keluarga kita semua. Ini adalah nikmat dari Allah yang patut
kita syukuri.” Selanjutnya, Indri membuka dan melihat isi souvenir tersebut. Ia
melihat ada beberapa buku dan alat tulis serta ada amplop putih. Lalu ia
mengambil amplop tersebut dan membukanya. “ MasyaAllah, alhamdulillah.” Kata
Indri. “ Bapak Ibu ini ada uang di amplop yang ditaruh di dalam souvenir.”
Sambut Indri dengan wajah berseri.
Indri pun menghitung uang tersebut.
“ Alhamdulillah jumlahnya satu juta rupiah.” Kata Indri. Di dalam amplop
tersebut terselip tulisan “ Selamat untuk ananda Indri, ini ada sedikit uang
sebagai hadiah atas prestasi yang ananda raih dan tunjukkan selama ini. “Semoga
ananda Indri dapat menerima dan dapat dipergunakan untuk membantu biaya sekolah
dan kebutuhan keluarga. Tetap semangat dan terus semangat. Salam sayang dari guru
– guru di SDN 03 Kalideres.” Begitu sepenggal tulisan dari guru – guru Indri di
sekolahan.
“
Nak, uang ini kamu tabung ya untuk biaya kebutuhan sekolah kamu dan Dewi.”
Jelas Pak Sabar. “ Iya Indri, sebaiknya uang ini kamu tabung ya untuk masa depan
kamu dan adikmu” Sambung Bu Ema. “ Baik Pak, Bu.” Jawab Indri sambil kembali
memeluk kedua orangtua dan adiknya. “ Ini akan Indri simpan sebagai tabungan,
namun Indri akan ambil sedikit untuk kebutuhan kita sehari – hari dan untuk
biaya berobat Ibu.” Tambah Indri dengan wajah berseri - seri.
Sore
itu begitu indah dengan dihiasi keberkahan dari Allah SWT. Allah SWT telah
memberikan limpahan nikmat kepada hamba – Nya yang beriman dan bertaqwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar